Belakangan ini Penelitian Tindakan Kelas (PTK) semakin
menjadi trend untuk dilakukan oleh para profesional sebagai upaya pemecahan
masalah dan peningkatan mutu di berbagai bidang. Awal mulanya, PTK, ditujukan
untuk mencari solusi terhadap masalah sosial (pengangguran, kenakalan remaja,
dan lain-lain) yang berkembang di masyarakat pada saat itu. PTK dilakukan
dengan diawali oleh suatu kajian terhadap masalah tersebut secara sistematis.
Hal kajian ini kemudian dijadikan dasar untuk mengatasi masalah tersebut. Dalam
proses pelaksanaan rencana yang telah disusun, kemudian dilakukan suatu
observasi dan evaluasi yang dipakai sebagai masukan untuk melakukan refleksi
atas apa yang terjadi pada tahap pelaksanaan. Hasil dari proses refeksi ini
kemudian melandasi upaya perbaikan dan peryempurnaan rencana tindakan
berikutnya. Tahapan-tahapan di atas dilakukan berulang-ulang dan
berkesinambungan sampai suatu kualitas keberhasilan tertentu dapat tercapai.
Penelitian tindakan adalah suatu proses yang dilalui
oleh perorangan atau kelompok yang menghendaki perubahan dalam situasi tertentu
untuk menguji prosedur yang diperkirakan akan menghasilkan perubahan tersebut
dan kemudian, setelah sampai pada tahap kesimpulan yang dapat
dipertanggungjawabkan, melaksanakan prosedur tersebut.
Penelitian Tindakan Kelas dengan istilah Classroom
Action Research, disingkat CAR. Penelitian tersebut muncul karena
adanya kesadaran pelaku kegiatan yang merasa tidak puas dengan hasil kerjanya.
Dengan didasari atas kesadaran sendiri, pelaku yang bersangkutan mencoba
menyempurnakan pekerjaannya, dengan cara melakukan percobaan yang dilakukan
berulang – ulang, prosesnya diamati dengan sungguh – sungguh sampai mendapatkan
proses yang dirasakan memberikan hasil yang lebih baik dari semula.
Dari semua bentuk penelitian maka penelitian tindakan
kelas merupakan penelitian yang paling terapan dan praktis. Para penelitian
tindakan kelas menyelidiki suatu problem khususnya problem pembelajaran dengan
tujuan untuk mengembangkan suatu solusi dari problem tersebut. Dalam pembahasan
ini akan dibahas pengertian penelitian tindakan kelas, prinsip – prinsip,
model, jenis, karakteristik, tujuan, manfaat, serta kelemahan dan kelebihan
dari tindakan kelas.
B. Rumusan Masalah
Dalam penulisan ini, ada beberapa hal yang ingin
pemakalah ajukan sebagai berikut:
1. Apa pengertian dari penelitian tindakan kelas?
2. Bagaimana prinsip dan model penelitian tindakan
kelas?
3. Bagaimana jenis-jenis dan karakteristik penelitian
tindakan kelas?
4. Apa saja tujuan dan manfaat penelitian tindakan
kelas?
5. Apa kelemahan dan kelebihan dari penelitian tindakan
kelas?
6. Mengapa perlu adanya sasaran atau obyek dari
penelitian tindakan kelas?
7. Bagaimana pelaksanaaan penelitian tindakan kelas?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan merupakan titik akhir yang hendak dicapai dalam
setiap kegiatan, karena bila tanpa tujuan kegiatan tersebut akan tidak
mempunyai arah. Demikian dengan penulisan ini.Berangkat dari permasalahan-permasalahan
diatas, maka tujuan yang hendak dicapai sebuah makalah ini sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian dari penelitian tindakan
kelas.
2. Untuk mengetahui prinsip dan model penelitian
tindakan kelas.
3. Untuk mengetahui jenis dan karakteristik penelitian
tindakan kelas.
4. Untuk mengetahui tujuan dan manfaat dari penelitian
tindakan kelas.
5. Untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan dari
penelitian tindakan kelas.
6. Untuk mengetahui adanya sasaran atau obyek dari
penelitian tindakan kelas.
7. Untuk mengetahui pelaksanaan penelitian tindakan
kelas.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Tindakan Kelas
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan ragam
penelitian pembelajaran yang berkonteks kelas yang dilaksanakan oleh guru untuk
memecahkan masalah-masalah pembelajaran yang dihadapi oleh guru, memperbaiki
mutu dan hasil pembelajaran dan mencobakan hal-hal baru pembelajaran demi
peningkatan mutu dan hasil pembelajaran.
Penelitian: menunjuk pada suatu kegiatan mencermati suatu objek
dengan menggunakan cara dan urutan metodologi tertentu untuk memperoleh data
atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal yang menarik
minat dan penting bagi peneliti.
Tindakan: menunjuk pada sesuatu gerak kegiatan yang sengaja
dilakukan dengan tujuan tertentu.
Kelas: dalam hal ini tidak terikat pada pengertian ruang kelas,
tetapi dalam pengertian yang lebih spesifik. Seperti yang sudah lama dikenal
dalam bidang pendidikan dan pengajaran, yang dimaksud dengan istilah kelas
adalah sekelompok siswa dalam waktu yang sama, menerima pelajaran yang sama
dari guru yang sama pula.
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) pertama kali
diperkenalkan oleh ahli psikologi sosial Amerika yang bernama Kurt Lewin pada
tahun 1946. Inti gagasan Lewin inilah yang selanjutnya dikembangkan oleh
ahli-ahli lain seperti Stephen Kemmis, Robin McTaggart, John Elliot, Dave
Ebbutt, dan sebagainya. PTK di Indonesia baru dikenal pada akhir dekade 80-an.
Oleh karenanya, sampai dewasa ini keberadaannya sebagai salah satu jenis
penelitian masih sering menjadikan pro dan kontra, terutama jika dikaitkan
dengan bobot keilmiahannya.
Jenis penelitian ini dapat dilakukan didalam bidang
pengembangan organisasi, manejemen, kesehatan atau kedokteran, pendidikan, dan
sebagainya. Di dalam bidang pendidikan penelitian ini dapat dilakukan pada
skala makro ataupun mikro. Dalam skala mikro misalnya dilakukan di dalam kelas
pada waktu berlangsungnya suatu kegiatan belajar-mengajar untuk suatu pokok
bahasan tertentu pada suatu mata kuliah. Untuk lebih detailnya berikut ini akan
dikemukan mengenai hakikat PTK.
Menurut John Elliot bahwa yang dimaksud dengan PTK ialah
kajian tentang situasi sosial dengan maksud untuk meningkatkan kualitas
tindakan di dalamnya (Elliot, 1982). Seluruh prosesnya, telaah, diagnosis,
perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan pengaruh menciptakan hubungan yang
diperlukan antara evaluasi diri dari perkembangan profesional. Pendapat yang
hampir senada dikemukakan Stephen Kemmis seperti dikutip D. Hopkins dalam
bukunya yang berjudul A Teacher’s Guide to Classroom Research,
menyatakan bahwa action research adalah: a from of
self-reflektif inquiry undertaken by participants in a social (including
education) situation in order to improve the rationality and of (a) their own
social or educational practices justice (b) their understanding of these
practices, and (c) the situastions in which practices are carried out.
Secara singkat PTK adalah suatu bentuk kajian yang
bersifat reflektif oleh pelaku tindakan, untuk meningkatkan kemantapan rasional
dari tindakan-tinakan mereka dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman
terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan, serta memperbaiki dimana
praktek-praktek pembelajaran dilaksanakan. Action research
dipandang sebagai suatu cara untuk memberi ciri bagi seperangkat kegiatan yang
direncanakan untuk meningkatkan mutu pendidikan; pada pokoknya ia merupakan
suatu cara eklektik yang dituangkan ke dalam suatu program refleksi-diri (self-reflection)
yang ditujuan untuk peningkatan mutu pendidikan.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksud dengan PTK ialah suatu penelitian yang dilakukan secara sistematis
reflektif terhadap berbagai tindakan yang dilakukan oleh guru yang sekaligus
sebagai peneliti, sejak disusunnya suatu perencanaan sampai penilaian terhadap
tindakan nyata di dalam kelas yang berupa kegiatan belajar-mengajar, untuk
memperbaiki kondisi pembelajaran yang dilakukan. Sementara itu, dilaksanakannya
PTK di antaranya untuk meningkatkan kualitas pendidikan atau pangajaran yang
diselenggarakan oleh guru/pengajar-peneliti itu sendiri, yang dampaknya
diharapkan tidak ada lagi permasalahan yang mengganjal di kelas.
B.
Prinsip dan Model
Penelitian Tindakan Kelas
Agar peneliti memperoleh informasi atau kejelasan yang
lebih baik tentang penelitian tindakan, perlu kiranya dipahami bersama
prinsip-prinsip yang harus dipenuhi apabila akan melakukan penelitian tindakan
kelas. Adapun prinsip-prinsip yang dimaksud antara lain:
1. Penelitian tindakan kelas tidak boleh mengganggu kegiatan
guru/dosen mengajar dikelasnya.
2. Metode pengumpulan data yang digunakan tidak menuntut waktu yang
berlebihan sehingga mengganggu proses pembelajaran.
3. Metode yang digunakan harus cukup handal (reliable) sehingga
memungkinkan guru/dosen mengindentifikasikan serta merumuskan hipotesis secara
meyakinkan, mengembangkan strategi yang dapat diterapkan pada situasi kelasnya,
serta memperoleh data yang dapat digunakan untuk menjawab hipotesis yang
dikemukakannya.
4. Masalah penelitian yang diangkat oleh guru/dosen seharusnya
merupakan masalah yang benar-benar merisaukannya dan bertolak dari
tanggungjawab profesionalnya.
5. Dalam menyelenggarakan penelitian tindakan kelas guru/dosen
harus bersifat konsisten menaruh kepedulian yang tinggi terhadap prosedur etika
yang berkaitan dengan pekerjaannya.
6. Dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas sejauh mungkin
guru/dosen harus menggunakan wawasan yang lebih luas daripada perspektif kelas.
Artinya, permasalahan tidak dilihat terbatas dalam konteks kelas dan atau mata
pelajaran tertentu, melainkan dalam perspektif visi dan misi sekolah secara
keseluruhan.
Ada beberapa model PTK yang sampai saat ini sering
digunakan di dalam dunia pendidikan, di antaranya: (1) Model Kurt Lewin, (2)
Model Kemmis dan Mc Taggart, (3) Model John Elliot, dan (4) Model Dave Ebbutt.
Model Kurt Lewin; di depan sudah disebutnya bahwa PTK
pertama kali diperkenalkan oleh Kurt Lewin pada tahun 1946. konsep inti PTK
yang diperkenalkan oleh Kurt Lewin ialah bahwa dalam satu siklus terdiri dari
empat langkah, yaitu: (1) Perencanaan ( planning), (2) aksi atau tindakan
(acting), (3) Observasi (observing), dan (4) refleksi (reflecting) (Lewin,
1990). Sementara itu, empat langkah dalam satu siklus yang dikemukakan oleh
Kurt Lewin tersebut oleh Ernest T. Stringer dielaborasi lagi menjadi: (1)
Perencanaan (planning), (2) Pelaksanaan (implementing), dan (3) Penilaian
(evaluating) (Ernest, 1996).
Model John Elliot; apabila dibandingkan dua model yang
sudah diutarakan di atas, yaitu Model Kurt Lewin dan Kemmis-McTaggart, PTK
Model John Elliot ini tampak lebih detail dan rinci. Dikatakan demikian, oleh
karena di dalam setiap siklus dimungkinkan terdiri dari beberapa aksi yaitu
antara 3-5 aksi (tindakan). Sementara itu, setiap aksi kemungkinan terdiri dari
beberapa langkah, yang terealisasi dalam bentuk kegiatan belajar-mengajar.
Maksud disusunnya secara terinci pada PTK Model John Elliot ini, supaya
terdapat kelancaran yang lebih tinggi antara taraf-taraf di dalam pelaksanan
aksi atau proses belajar-mengajar. Selanjutnya, dijelaskan pula olehnya bahwa
terincinya setiap aksi atau tindakan sehingga menjadi beberapa langkah oleh
karena suatu pelajaran terdiri dari beberapa subpokok bahasan atau materi pelajaran.
Di dalam kenyataan praktik di lapangan setiap pokok bahasan biasanya tidak akan
dapat diselesaikan dalam satu langkah, tetapi akan diselesaikan dalam beberapa
rupa itulah yang menyebabkan John Elliot menyusun model PTK yang berbeda secara
skematis dengan kedua model sebelumnya, yaitu seperti dikemukakan berikut ini.
![]() |
C.
Karakteristik dan Jenis Penelitian
Tindakan Kelas
Ditinjau dari karakteristiknya, PTK setidaknya memiliki
karakteristik antara lain: (1) didasarkan pada masalah yang dihadapi guru dalam
instruksional; (2) adanya kolaborasi dalam pelaksanaannya; (3) penelitian
sekaligus sebagai praktisi yang melakukan refleksi; (4) bertujuan memperbaiki
dan atau meningkatkan kualitas praktek instruksional; (5) dilaksanakan dalam
rangkaian langkah dengan beberapa siklus.
Menurut Richart Winter ada enam karekteristik PTK, yaitu
(1) kritik reflektif, (2) kritik dialektis, (3) kolaboratif, (4) resiko, (5)
susunan jamak, dan (6) internalisasi teori dan praktek (Winter, 1996). Untuk
lebih jelasnya, berikut ini dikemukakan secara singkat karakteristik PTK
tersebut.
Kritik Refeksi; salah satu langkah di dalam penelitian
kualitatif pada umumnya, dan khususnya PTK ialah adanya upaya refleksi terhadap
hasil observasi mengenai latar dan kegiatan suatu aksi. Hanya saja, di dalam
PTK yang dimaksud dengan refleksi ialah suatu upaya evaluasi atau penilaian,
dan refleksi ini perlu adanya upaya kritik sehingga dimungkinkan pada taraf
evaluasi terhadap perubahan-perubahan.
Kritik Dialektis; dengan adanyan kritik dialektif
diharapkan penelitian bersedia melakukan kritik terhadap fenomena yang
ditelitinya. Selanjutnya peneliti akan bersedia melakukan pemeriksaan terhadap:
(a) konteks hubungan secara menyeluruh yang merupakan satu unit walaupun dapat
dipisahkan secara jelas, dan, (b) Struktur kontradiksi internal, -maksudnya di
balik unit yang jelas, yang memungkinkan adanya kecenderungan mengalami
perubahan meskipun sesuatu yang berada di balik unit tersebut bersifat stabil.
Kolaboratif; di dalam PTK diperlukan hadirnya suatu
kerja sama dengan pihak-pihak lain seperti atasan, sejawat atau kolega,
mahasiswa, dan sebagainya. Kesemuanya itu diharapkan dapat dijadikan sumber
data atau data sumber. Mengapa demikian? Oleh karena pada hakikatnya kedudukan
peneliti dalam PTK merupakan bagian dari situasi dan kondisi dari suatu latar
yang ditelitinya. Peneliti tidak hanya sebagai pengamat, tetapi dia juga
terlibat langsung dalam suatu proses situasi dan kondisi. Bentuk kerja sama
atau kolaborasi di antara para anggota situasi dan kondisi itulah yang menyebabkan
suatu proses dapat berlangsung. Kolaborasi dalam kesempatan ini ialah berupa
sudut pandang yang disampaikan oleh setiap kolaborator.
Resiko; dengan adanya ciri resiko diharapkan dan
dituntut agar peneliti berani mengambil resiko, terutama pada waktu proses
penelitian berlangsung. Resiko yang mungkin ada diantaranya (a) melesetnya
hipotesis dan (b) adanya tuntutan untuk melakukan suatu transformasi.
Selanjutnya, melalui keterlibatan dalam proses penelitian, aksi peneliti
kemungkinan akan mengalami perubahan pandangan karena ia menyaksikan sendiri
adanya diskusi atau pertentangan dari para kalaborator dan selanjutnya
menyebabkan pandangannya berubah.
Susunan Jamak; pada umumnya penelitian kuantitatif atau
tradisional berstruktur tunggal karena ditentukan oleh suara tunggal,
penelitinya. Akan tetapi, PTK memiliki struktur jamak karena jelas penelitian
ini bersifat dialektis, reflektif, partisipasi atau kolaboratif. Susunan jamak
ini berkaitan dengan pandangan bahwa fenomena yang diteliti harus mencakup semua
komponen pokok supaya bersifat komprehensif. Suatu contoh, seandainya yang
diteliti adalah situasi dan kondisi proses belajar-mengajar, situasinya harus
meliputi paling tidak guru, siswa, tujuan pendidikan, tujuan pembelajaran,
interaksi belajar-mengajar, lulusan atau hasil yang dicapai, dan sebagainya.
Internalisasi Teori dan Praktik; Menurut pandangan para
ahli PTK bahwa antara teori dan praktik bukan merupakan dua dunia yang
berlainan. Akan tetapi, keduanya merupakan dua tahap yang berbeda, yang saling
bergantung, dan keduanya berfungsi untuk mendukung tranformasi. Pendapat ini
berbeda dengan pandangan para ahli penelitian konvesional yang beranggapan
bahwa teori dan praktik merupakan dua hal yang terpisah. Keberadaan teori
diperuntukkan praktik, begitu pula sebaliknya sehingga keduanya dapat digunakan
dan dikembangkan bersama.
Berdasarkan uraian di atas, jelaslah bahwa bentuk PTK
benar-benar berbeda dengan bentuk penelitian yang lain, baik itu penelitian
yang menggunakan paradigma kualitatif maupun paradigma kualitatif. Oleh
karenanya, keberadaan bentuk PTK tidak perlu lagi diragukan, terutama sebagai
upaya memperkaya khasanah kegiatan penelitian yang dapat dipertanggungjawabkan
taraf keilmiahannya.
Jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Ada empat jenis PTK, yaitu: (1) PTK diasnogtik, (2) PTK
partisipan, (3) PTK empiris, dan (4) PTK eksperimental (Chein, 1990). Untuk
lebih jelas, berikut dikemukakan secara singkat mengenai keempat jenis PTK
tersebut.
PTK Diagnostik; yang dimaksud dengan PTK diagnostik ialah
penelitian yang dirancang dengan menuntun peneliti ke arah suatu tindakan.
Dalam hal ini peneliti mendiagnosia dan memasuki situasi yang terdapat di dalam
latar penelitian. Sebagai contohnya ialah apabila peneliti berupaya menangani
perselisihan, pertengkaran, konflik yang dilakukan antar siswa yang terdapat di
suatu sekolah atau kelas.
PTK Partisipan; suatu penelitian dikatakan sebagai PTK
partisipan ialah apabila orang yang akan melaksanakan penelian harus terlibat
langsung dalam proses penelitian sejak awal sampai dengan hasil penelitian
berupa laporan. Dengan demikian, sejak penencanan panelitian peneliti
senantiasa terlibat, selanjutnya peneliti memantau, mencacat, dan mengumpulkan
data, lalu menganalisa data serta berakhir dengan melaporkan hasil panelitiannya.
PTK partisipasi dapat juga dilakukan di sekolah seperti halnya contoh pada
butir a di atas. Hanya saja, di sini peneliti dituntut keterlibatannya secara
langsung dan terus-menerus sejak awal sampai berakhir penelitian.
PTK Empiris; yang dimaksud dengan PTK empiris ialah
apabila peneliti berupaya melaksanakan sesuatu tindakan atau aksi dan
membukakan apa yang dilakukan dan apa yang terjadi selama aksi berlangsung.
Pada prinsipnya proses penelitinya berkenan dengan penyimpanan catatan dan
pengumpulan pengalaman penelti dalam pekerjaan sehari-hari.
PTK Eksperimental; yang dikategorikan sebagai PTK
eksperimental ialah apabila PTK diselenggarakan dengan berupaya menerapkan
berbagai teknik atau strategi secara efektif dan efisien di dalam suatu kegiatam
belajar-mengajar. Di dalam kaitanya dengan kegitan belajar-mengajar,
dimungkinkan terdapat lebih dari satu strategi atau teknik yang ditetapkan
untuk mencapai suatu tujuan instruksional. Dengan diterapkannya PTK ini
diharapkan peneliti dapat menentukan cara mana yang paling efektif dalam rangka
untuk mencapai tujuan pengajaran.
D.
Tujuan dan Manfaat
Penelitian Tindakan Kelas
Apabila kita mencermati pengertian penelitian tindakan
kelas akan sangat jelas bahwa tujuan penelitian tindakan kelas adalah untuk memperbaiki
praksis pembelajaran diharapkan kualitas proses belajar mengajar menjadi lebih
baik, mengembangkan keahlian guru-dosen sebagai profesi pendidikan,sebab tugas
utama guru-dosen adalah mengajar dan tiap metode penelitian manapun yang mereka
gunakan tidak mengubah profesi dan etika pendidikan.
Kemudian manfaat dari penelitian tindakan kelas adalah
sebagai suatu program perbaikan pendidikan dalam pembelajaran sekaligus
merupakan program berdasar penelitian yang dilakukan terus menerus (on going
process), dapat menumbuhkembangkan sikap inovatif dan budaya meneliti para guru
ataupun para dosen, khususnya dalam mencari solusi terhadap permasalaahan
pembelajaran di dalam kelas.
E.
Kelemahan dan Kelebihan
Penelitian Tindakan Kelas
1. Kelemahan Penelitian Tindakan Kelas
a. Kurangnya pengetahuan dan keterampilan dalam
teknik dasar penelitian karena terlalu banyak berurusan dengan hal-hal praktis.
b. Rendahnya efisien waktu karena pengajar harus
punya komitmen peneliti untuk terlibat dalam prosesnya sementara pengajar masih
harus melakukan tugas rutin.
c. Kesukaran evaluasi dan kerjasama.
2. Kelebihan Penelitian Tindakan Kelas
a. Peneliti dapat melakukan penelitian tanpa
meninggalkan tempat kerja.
b. Peneliti dapat melakukan treatment (perlakuan)
yang dilakukan pada responden dalam penelitian.
c. Responden dapat merasakan hasil dari treatment
(perlakuan) yang diberikan.
F.
Adanya sasaran atau Obyek
Penelitian Tindakan Kelas
Yang dibicarakan dalam bagian ini adalah sasaran atau
obyek yang dijadikan pokok pembicaraan dalam peenelitian tindakan kelas sesuai
dengan prinsip kedua bahwa penelitian tindakan kelas harus tertuju atau
mengenai hal-hal yang terjadi didalam kelas. Pengertian kelas dalam penelitian
tindakan kelas ini tidak hanya terbatas pada kelas yang sedang aktif
melangsungkan pembelajaran didalam sebuah ruangan tertutup saja, tetapi dapat
juga ketika anak sedang tidak aktif belajar, yaitu ketika sedang melakukan
karyawisata di objek wisata, di laboraturrium, di rumah, aatau ditempat lain,
ketika siswa sedang mengerjakn tugas yang diberikan oleh guru, dan sebagainya.
Dengan lokasi bukan kelas ini, yang diamati harus berupa kegiatan yang sedang dilakukan
oleh anak.
Apabila kita berfikir sistematik (memandang sesuatu
selalu dalam keseluruhan dan dalam kaitan dengan unsur lain), yaitu mengajak
alam berfikir kita kedalam kerangka sebuah unit atau kesatuan yang terdiri
beberapa komponen pembentuk sistem, maka sebuah kels dapat kita lihat sebage
satu kkesatuan unsure yang bersangkut-paut dan bekerja menuju tujuan tertentu.
Komponen-komponen dari sebuah kelas adalah (1) siswa itu sendiri, (2) guru yang
sedang mengajar, (3) materi pelajaran, (4) peralatan yang digunakan, (5) hasil
pembelajaran, (6) lingkungan pembelajaran, dan (7) pengelolaan/pengaturan yang
dilakukan oleh pemimpin sekolah. Unsur - unsur pembelajaran tersebut saling
kait-mengait, masing-masing bergerak sesuai dengan fungsi dan perannya.
Fungsi atau peran
tersebut dapat dicermati ketika pembelajaran sedang berlangsung maupun tidak.
Dengan demikian objek amatan dalam penelitian tindakan kelas tidak harus selalu
kita proses pembelajaran sedangkan berlangsung karena kelas bukan ruangan tetapi
sekelompok siswa. Hal-hal yang dapat diamati sehubungan dengan setiap unsur
pembelajaran tersebut antara lain adalah sebagaimana yang disajikan dalam
bagian berikut. Sesuai dengan prinsip bahwa ada tindakan yang dirancang
sebelumya maka objek penelitian tindakan kelas harus merupakan suatu yang aktif
dan dapat dikenai aktifitas, bukan objek yang sedang diam dan tanpa gerak.
G.
Pelaksanaan Penelitian Tindakan
Kelas
Jika semua tindakan persiapan telah selesai,scenario
tindakan perbaikan yang telah di rencanakan itu dapat di laksanakan dalam
situasi yang aktual. Kegiatan pelaksanaan tindakan perbaikan ini merupakan
tindakan pokok dalam siklus PTK, dan sebagaimana telah diisyaratkan di
atas,pada saat bersamaan kegiatan pelaksanaan ini juga disertai dengan kegiatan
observasi dan interpretasi serta diikuti dengan kegiatan refleksi.
Penggabungan pelaksanaan tindakan dengan kegiatan
observasi interpretasi perlu dicermati benar sebab merupakan cirri khas PTK.
Observasi dan interpretasi memang lazim dalam konteks supervisi pengajaran,
akan tetapi sebagaimana diisyaratkan dalam bagian terdahulu dan kembali
ditekankan di atas, PTK bukan supervise pengajaran,meskipun memang mungkin saja
dalam PTK juga tergelar dimensi supervisi pengajaran. Sebagaimana telah
diisyaratkan, yang penting dicatat adalah bahwa dalam konteks PTK, supervisi
pengajaran yang berpeluang terjadi adalah supervisi kejawatan (peer
supervision). Dengan kata lain,berbeda dan konteks supervisi pada umumnya
dimana terdapat peranan supervisor-supervisor dalam tata hubungan yang bersifat
subordinatif, sebaliknya dalam konteks PTK terdapat keterlibatan dua pihak yang
setara sehingga mekanisme yang tergelar lebih menyerupai interaksi kesejawatan
(peer to peer).
Observasi dan interpretasi dalam konteks juga memang
lazim dalam konteks penelitian formal,namun sebagaimana ditekankan dalam bagian
terdahulu,konteks dan filosofi PTK berbeda dari konteks dan filosofi penelitian
formal. Dengan kata lain, berbeda dari yang terjadi dalam kontekks PTK ,
observasi dan interpretasi dalam konteks penelitian formal itu dilakukan oleh
orang luar bukan oleh pelaku yang terlibat secara langsung dalam pembelajaran.
Headernya kok masih menggunakan tamplet... Link nya belum banyak...
BalasHapusSilakan....diperbaiki
Trims
Darman