Blog&fb: Hendra payobadar | Twitter : @payobadar

Besikap terlalu serius bisa mematikan mood orang disekitarmu

Hot in Week

Senin, 17 November 2014

PENELITIAN TINDAKAN KELAS


A.
Latar Belakang Masalah
Belakangan ini Penelitian Tindakan Kelas (PTK) semakin menjadi trend untuk dilakukan oleh para profesional sebagai upaya pemecahan masalah dan peningkatan mutu di berbagai bidang. Awal mulanya, PTK, ditujukan untuk mencari solusi terhadap masalah sosial (pengangguran, kenakalan remaja, dan lain-lain) yang berkembang di masyarakat pada saat itu. PTK dilakukan dengan diawali oleh suatu kajian terhadap masalah tersebut secara sistematis. Hal kajian ini kemudian dijadikan dasar untuk mengatasi masalah tersebut. Dalam proses pelaksanaan rencana yang telah disusun, kemudian dilakukan suatu observasi dan evaluasi yang dipakai sebagai masukan untuk melakukan refleksi atas apa yang terjadi pada tahap pelaksanaan. Hasil dari proses refeksi ini kemudian melandasi upaya perbaikan dan peryempurnaan rencana tindakan berikutnya. Tahapan-tahapan di atas dilakukan berulang-ulang dan berkesinambungan sampai suatu kualitas keberhasilan tertentu dapat tercapai.
Penelitian tindakan adalah suatu proses yang dilalui oleh perorangan atau kelompok yang menghendaki perubahan dalam situasi tertentu untuk menguji prosedur yang diperkirakan akan menghasilkan perubahan tersebut dan kemudian, setelah sampai pada tahap kesimpulan yang dapat dipertanggungjawabkan, melaksanakan prosedur tersebut.
Penelitian Tindakan Kelas dengan istilah Classroom Action Research, disingkat CAR. Penelitian tersebut muncul karena adanya kesadaran pelaku kegiatan yang merasa tidak puas dengan hasil kerjanya. Dengan didasari atas kesadaran sendiri, pelaku yang bersangkutan mencoba menyempurnakan pekerjaannya, dengan cara melakukan percobaan yang dilakukan berulang – ulang, prosesnya diamati dengan sungguh – sungguh sampai mendapatkan proses yang dirasakan memberikan hasil yang lebih baik dari semula.
Dari semua bentuk penelitian maka penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang paling terapan dan praktis. Para penelitian tindakan kelas menyelidiki suatu problem khususnya problem pembelajaran dengan tujuan untuk mengembangkan suatu solusi dari problem tersebut. Dalam pembahasan ini akan dibahas pengertian penelitian tindakan kelas, prinsip – prinsip, model, jenis, karakteristik, tujuan, manfaat, serta kelemahan dan kelebihan dari tindakan kelas.

B. Rumusan Masalah
Dalam penulisan ini, ada beberapa hal yang ingin pemakalah ajukan sebagai berikut:
1. Apa pengertian dari penelitian tindakan kelas?
2. Bagaimana prinsip dan model penelitian tindakan kelas?
3. Bagaimana jenis-jenis dan karakteristik penelitian tindakan kelas?
4. Apa saja tujuan dan manfaat penelitian tindakan kelas?
5. Apa kelemahan dan kelebihan dari penelitian tindakan kelas?
6. Mengapa perlu adanya sasaran atau obyek dari penelitian tindakan kelas?
7. Bagaimana pelaksanaaan penelitian tindakan kelas?

C. Tujuan Penulisan
Tujuan merupakan titik akhir yang hendak dicapai dalam setiap kegiatan, karena bila tanpa tujuan kegiatan tersebut akan tidak mempunyai arah. Demikian dengan penulisan ini.Berangkat dari permasalahan-permasalahan diatas, maka tujuan yang hendak dicapai sebuah makalah ini sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian dari penelitian tindakan kelas.
2. Untuk mengetahui prinsip dan model penelitian tindakan kelas.
3. Untuk mengetahui jenis dan karakteristik penelitian tindakan kelas.
4. Untuk mengetahui tujuan dan manfaat dari penelitian tindakan kelas.
5. Untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan dari penelitian tindakan kelas.
6. Untuk mengetahui adanya sasaran atau obyek dari penelitian tindakan kelas.
7. Untuk mengetahui pelaksanaan penelitian tindakan kelas.




BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Tindakan Kelas
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan ragam penelitian pembelajaran yang berkonteks kelas yang dilaksanakan oleh guru untuk memecahkan masalah-masalah pembelajaran yang dihadapi oleh guru, memperbaiki mutu dan hasil pembelajaran dan mencobakan hal-hal baru pembelajaran demi peningkatan mutu dan hasil pembelajaran.
Penelitian: menunjuk pada suatu kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan cara dan urutan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti.
Tindakan: menunjuk pada sesuatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu.
Kelas: dalam hal ini tidak terikat pada pengertian ruang kelas, tetapi dalam pengertian yang lebih spesifik. Seperti yang sudah lama dikenal dalam bidang pendidikan dan pengajaran, yang dimaksud dengan istilah kelas adalah sekelompok siswa dalam waktu yang sama, menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula.
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) pertama kali diperkenalkan oleh ahli psikologi sosial Amerika yang bernama Kurt Lewin pada tahun 1946. Inti gagasan Lewin inilah yang selanjutnya dikembangkan oleh ahli-ahli lain seperti Stephen Kemmis, Robin McTaggart, John Elliot, Dave Ebbutt, dan sebagainya. PTK di Indonesia baru dikenal pada akhir dekade 80-an. Oleh karenanya, sampai dewasa ini keberadaannya sebagai salah satu jenis penelitian masih sering menjadikan pro dan kontra, terutama jika dikaitkan dengan bobot keilmiahannya.
Jenis penelitian ini dapat dilakukan didalam bidang pengembangan organisasi, manejemen, kesehatan atau kedokteran, pendidikan, dan sebagainya. Di dalam bidang pendidikan penelitian ini dapat dilakukan pada skala makro ataupun mikro. Dalam skala mikro misalnya dilakukan di dalam kelas pada waktu berlangsungnya suatu kegiatan belajar-mengajar untuk suatu pokok bahasan tertentu pada suatu mata kuliah. Untuk lebih detailnya berikut ini akan dikemukan mengenai hakikat PTK.
Menurut John Elliot bahwa yang dimaksud dengan PTK ialah kajian tentang situasi sosial dengan maksud untuk meningkatkan kualitas tindakan di dalamnya (Elliot, 1982). Seluruh prosesnya, telaah, diagnosis, perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan pengaruh menciptakan hubungan yang diperlukan antara evaluasi diri dari perkembangan profesional. Pendapat yang hampir senada dikemukakan Stephen Kemmis seperti dikutip D. Hopkins dalam bukunya yang berjudul A Teacher’s Guide to Classroom Research, menyatakan bahwa action research adalah: a from of self-reflektif inquiry undertaken by participants in a social (including education) situation in order to improve the rationality and of (a) their own social or educational practices justice (b) their understanding of these practices, and (c) the situastions in which practices are carried out.
Secara singkat PTK adalah suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan, untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan-tinakan mereka dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan, serta memperbaiki dimana praktek-praktek pembelajaran dilaksanakan. Action research dipandang sebagai suatu cara untuk memberi ciri bagi seperangkat kegiatan yang direncanakan untuk meningkatkan mutu pendidikan; pada pokoknya ia merupakan suatu cara eklektik yang dituangkan ke dalam suatu program refleksi-diri (self-reflection) yang ditujuan untuk peningkatan mutu pendidikan.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan PTK ialah suatu penelitian yang dilakukan secara sistematis reflektif terhadap berbagai tindakan yang dilakukan oleh guru yang sekaligus sebagai peneliti, sejak disusunnya suatu perencanaan sampai penilaian terhadap tindakan nyata di dalam kelas yang berupa kegiatan belajar-mengajar, untuk memperbaiki kondisi pembelajaran yang dilakukan. Sementara itu, dilaksanakannya PTK di antaranya untuk meningkatkan kualitas pendidikan atau pangajaran yang diselenggarakan oleh guru/pengajar-peneliti itu sendiri, yang dampaknya diharapkan tidak ada lagi permasalahan yang mengganjal di kelas.

B.     Prinsip dan Model Penelitian Tindakan Kelas
Agar peneliti memperoleh informasi atau kejelasan yang lebih baik tentang penelitian tindakan, perlu kiranya dipahami bersama prinsip-prinsip yang harus dipenuhi apabila akan melakukan penelitian tindakan kelas. Adapun prinsip-prinsip yang dimaksud antara lain:
1.      Penelitian tindakan kelas tidak boleh mengganggu kegiatan guru/dosen mengajar dikelasnya.
2.      Metode pengumpulan data yang digunakan tidak menuntut waktu yang berlebihan sehingga mengganggu proses pembelajaran.
3.      Metode yang digunakan harus cukup handal (reliable) sehingga memungkinkan guru/dosen mengindentifikasikan serta merumuskan hipotesis secara meyakinkan, mengembangkan strategi yang dapat diterapkan pada situasi kelasnya, serta memperoleh data yang dapat digunakan untuk menjawab hipotesis yang dikemukakannya.
4.      Masalah penelitian yang diangkat oleh guru/dosen seharusnya merupakan masalah yang benar-benar merisaukannya dan bertolak dari tanggungjawab profesionalnya.
5.      Dalam menyelenggarakan penelitian tindakan kelas guru/dosen harus bersifat konsisten menaruh kepedulian yang tinggi terhadap prosedur etika yang berkaitan dengan pekerjaannya.
6.      Dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas sejauh mungkin guru/dosen harus menggunakan wawasan yang lebih luas daripada perspektif kelas. Artinya, permasalahan tidak dilihat terbatas dalam konteks kelas dan atau mata pelajaran tertentu, melainkan dalam perspektif visi dan misi sekolah secara keseluruhan.
Ada beberapa model PTK yang sampai saat ini sering digunakan di dalam dunia pendidikan, di antaranya: (1) Model Kurt Lewin, (2) Model Kemmis dan Mc Taggart, (3) Model John Elliot, dan (4) Model Dave Ebbutt.
Model Kurt Lewin; di depan sudah disebutnya bahwa PTK pertama kali diperkenalkan oleh Kurt Lewin pada tahun 1946. konsep inti PTK yang diperkenalkan oleh Kurt Lewin ialah bahwa dalam satu siklus terdiri dari empat langkah, yaitu: (1) Perencanaan ( planning), (2) aksi atau tindakan (acting), (3) Observasi (observing), dan (4) refleksi (reflecting) (Lewin, 1990). Sementara itu, empat langkah dalam satu siklus yang dikemukakan oleh Kurt Lewin tersebut oleh Ernest T. Stringer dielaborasi lagi menjadi: (1) Perencanaan (planning), (2) Pelaksanaan (implementing), dan (3) Penilaian (evaluating) (Ernest, 1996).
Model John Elliot; apabila dibandingkan dua model yang sudah diutarakan di atas, yaitu Model Kurt Lewin dan Kemmis-McTaggart, PTK Model John Elliot ini tampak lebih detail dan rinci. Dikatakan demikian, oleh karena di dalam setiap siklus dimungkinkan terdiri dari beberapa aksi yaitu antara 3-5 aksi (tindakan). Sementara itu, setiap aksi kemungkinan terdiri dari beberapa langkah, yang terealisasi dalam bentuk kegiatan belajar-mengajar. Maksud disusunnya secara terinci pada PTK Model John Elliot ini, supaya terdapat kelancaran yang lebih tinggi antara taraf-taraf di dalam pelaksanan aksi atau proses belajar-mengajar. Selanjutnya, dijelaskan pula olehnya bahwa terincinya setiap aksi atau tindakan sehingga menjadi beberapa langkah oleh karena suatu pelajaran terdiri dari beberapa subpokok bahasan atau materi pelajaran. Di dalam kenyataan praktik di lapangan setiap pokok bahasan biasanya tidak akan dapat diselesaikan dalam satu langkah, tetapi akan diselesaikan dalam beberapa rupa itulah yang menyebabkan John Elliot menyusun model PTK yang berbeda secara skematis dengan kedua model sebelumnya, yaitu seperti dikemukakan berikut ini.
C.    Karakteristik dan Jenis Penelitian Tindakan Kelas

Ditinjau dari karakteristiknya, PTK setidaknya memiliki karakteristik antara lain: (1) didasarkan pada masalah yang dihadapi guru dalam instruksional; (2) adanya kolaborasi dalam pelaksanaannya; (3) penelitian sekaligus sebagai praktisi yang melakukan refleksi; (4) bertujuan memperbaiki dan atau meningkatkan kualitas praktek instruksional; (5) dilaksanakan dalam rangkaian langkah dengan beberapa siklus.
Menurut Richart Winter ada enam karekteristik PTK, yaitu (1) kritik reflektif, (2) kritik dialektis, (3) kolaboratif, (4) resiko, (5) susunan jamak, dan (6) internalisasi teori dan praktek (Winter, 1996). Untuk lebih jelasnya, berikut ini dikemukakan secara singkat karakteristik PTK tersebut.
Kritik Refeksi; salah satu langkah di dalam penelitian kualitatif pada umumnya, dan khususnya PTK ialah adanya upaya refleksi terhadap hasil observasi mengenai latar dan kegiatan suatu aksi. Hanya saja, di dalam PTK yang dimaksud dengan refleksi ialah suatu upaya evaluasi atau penilaian, dan refleksi ini perlu adanya upaya kritik sehingga dimungkinkan pada taraf evaluasi terhadap perubahan-perubahan.
Kritik Dialektis; dengan adanyan kritik dialektif diharapkan penelitian bersedia melakukan kritik terhadap fenomena yang ditelitinya. Selanjutnya peneliti akan bersedia melakukan pemeriksaan terhadap: (a) konteks hubungan secara menyeluruh yang merupakan satu unit walaupun dapat dipisahkan secara jelas, dan, (b) Struktur kontradiksi internal, -maksudnya di balik unit yang jelas, yang memungkinkan adanya kecenderungan mengalami perubahan meskipun sesuatu yang berada di balik unit tersebut bersifat stabil.
Kolaboratif; di dalam PTK diperlukan hadirnya suatu kerja sama dengan pihak-pihak lain seperti atasan, sejawat atau kolega, mahasiswa, dan sebagainya. Kesemuanya itu diharapkan dapat dijadikan sumber data atau data sumber. Mengapa demikian? Oleh karena pada hakikatnya kedudukan peneliti dalam PTK merupakan bagian dari situasi dan kondisi dari suatu latar yang ditelitinya. Peneliti tidak hanya sebagai pengamat, tetapi dia juga terlibat langsung dalam suatu proses situasi dan kondisi. Bentuk kerja sama atau kolaborasi di antara para anggota situasi dan kondisi itulah yang menyebabkan suatu proses dapat berlangsung. Kolaborasi dalam kesempatan ini ialah berupa sudut pandang yang disampaikan oleh setiap kolaborator.
Resiko; dengan adanya ciri resiko diharapkan dan dituntut agar peneliti berani mengambil resiko, terutama pada waktu proses penelitian berlangsung. Resiko yang mungkin ada diantaranya (a) melesetnya hipotesis dan (b) adanya tuntutan untuk melakukan suatu transformasi. Selanjutnya, melalui keterlibatan dalam proses penelitian, aksi peneliti kemungkinan akan mengalami perubahan pandangan karena ia menyaksikan sendiri adanya diskusi atau pertentangan dari para kalaborator dan selanjutnya menyebabkan pandangannya berubah.
Susunan Jamak; pada umumnya penelitian kuantitatif atau tradisional berstruktur tunggal karena ditentukan oleh suara tunggal, penelitinya. Akan tetapi, PTK memiliki struktur jamak karena jelas penelitian ini bersifat dialektis, reflektif, partisipasi atau kolaboratif. Susunan jamak ini berkaitan dengan pandangan bahwa fenomena yang diteliti harus mencakup semua komponen pokok supaya bersifat komprehensif. Suatu contoh, seandainya yang diteliti adalah situasi dan kondisi proses belajar-mengajar, situasinya harus meliputi paling tidak guru, siswa, tujuan pendidikan, tujuan pembelajaran, interaksi belajar-mengajar, lulusan atau hasil yang dicapai, dan sebagainya.
Internalisasi Teori dan Praktik; Menurut pandangan para ahli PTK bahwa antara teori dan praktik bukan merupakan dua dunia yang berlainan. Akan tetapi, keduanya merupakan dua tahap yang berbeda, yang saling bergantung, dan keduanya berfungsi untuk mendukung tranformasi. Pendapat ini berbeda dengan pandangan para ahli penelitian konvesional yang beranggapan bahwa teori dan praktik merupakan dua hal yang terpisah. Keberadaan teori diperuntukkan praktik, begitu pula sebaliknya sehingga keduanya dapat digunakan dan dikembangkan bersama.
Berdasarkan uraian di atas, jelaslah bahwa bentuk PTK benar-benar berbeda dengan bentuk penelitian yang lain, baik itu penelitian yang menggunakan paradigma kualitatif maupun paradigma kualitatif. Oleh karenanya, keberadaan bentuk PTK tidak perlu lagi diragukan, terutama sebagai upaya memperkaya khasanah kegiatan penelitian yang dapat dipertanggungjawabkan taraf keilmiahannya.
Jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Ada empat jenis PTK, yaitu: (1) PTK diasnogtik, (2) PTK partisipan, (3) PTK empiris, dan (4) PTK eksperimental (Chein, 1990). Untuk lebih jelas, berikut dikemukakan secara singkat mengenai keempat jenis PTK tersebut.
PTK Diagnostik; yang dimaksud dengan PTK diagnostik ialah penelitian yang dirancang dengan menuntun peneliti ke arah suatu tindakan. Dalam hal ini peneliti mendiagnosia dan memasuki situasi yang terdapat di dalam latar penelitian. Sebagai contohnya ialah apabila peneliti berupaya menangani perselisihan, pertengkaran, konflik yang dilakukan antar siswa yang terdapat di suatu sekolah atau kelas.
PTK Partisipan; suatu penelitian dikatakan sebagai PTK partisipan ialah apabila orang yang akan melaksanakan penelian harus terlibat langsung dalam proses penelitian sejak awal sampai dengan hasil penelitian berupa laporan. Dengan demikian, sejak penencanan panelitian peneliti senantiasa terlibat, selanjutnya peneliti memantau, mencacat, dan mengumpulkan data, lalu menganalisa data serta berakhir dengan melaporkan hasil panelitiannya. PTK partisipasi dapat juga dilakukan di sekolah seperti halnya contoh pada butir a di atas. Hanya saja, di sini peneliti dituntut keterlibatannya secara langsung dan terus-menerus sejak awal sampai berakhir penelitian.
PTK Empiris; yang dimaksud dengan PTK empiris ialah apabila peneliti berupaya melaksanakan sesuatu tindakan atau aksi dan membukakan apa yang dilakukan dan apa yang terjadi selama aksi berlangsung. Pada prinsipnya proses penelitinya berkenan dengan penyimpanan catatan dan pengumpulan pengalaman penelti dalam pekerjaan sehari-hari.
PTK Eksperimental; yang dikategorikan sebagai PTK eksperimental ialah apabila PTK diselenggarakan dengan berupaya menerapkan berbagai teknik atau strategi secara efektif dan efisien di dalam suatu kegiatam belajar-mengajar. Di dalam kaitanya dengan kegitan belajar-mengajar, dimungkinkan terdapat lebih dari satu strategi atau teknik yang ditetapkan untuk mencapai suatu tujuan instruksional. Dengan diterapkannya PTK ini diharapkan peneliti dapat menentukan cara mana yang paling efektif dalam rangka untuk mencapai tujuan pengajaran.

D.    Tujuan dan Manfaat Penelitian Tindakan Kelas
Apabila kita mencermati pengertian penelitian tindakan kelas akan sangat jelas bahwa tujuan penelitian tindakan kelas adalah untuk memperbaiki praksis pembelajaran diharapkan kualitas proses belajar mengajar menjadi lebih baik, mengembangkan keahlian guru-dosen sebagai profesi pendidikan,sebab tugas utama guru-dosen adalah mengajar dan tiap metode penelitian manapun yang mereka gunakan tidak mengubah profesi dan etika pendidikan.
Kemudian manfaat dari penelitian tindakan kelas adalah sebagai suatu program perbaikan pendidikan dalam pembelajaran sekaligus merupakan program berdasar penelitian yang dilakukan terus menerus (on going process), dapat menumbuhkembangkan sikap inovatif dan budaya meneliti para guru ataupun para dosen, khususnya dalam mencari solusi terhadap permasalaahan pembelajaran di dalam kelas.

E.     Kelemahan dan Kelebihan Penelitian Tindakan Kelas
1. Kelemahan Penelitian Tindakan Kelas
a. Kurangnya pengetahuan dan keterampilan dalam teknik dasar penelitian karena terlalu banyak berurusan dengan hal-hal praktis.
b. Rendahnya efisien waktu karena pengajar harus punya komitmen peneliti untuk terlibat dalam prosesnya sementara pengajar masih harus melakukan tugas rutin.
c. Kesukaran evaluasi dan kerjasama.
2. Kelebihan Penelitian Tindakan Kelas
a. Peneliti dapat melakukan penelitian tanpa meninggalkan tempat kerja.
b. Peneliti dapat melakukan treatment (perlakuan) yang dilakukan pada responden dalam penelitian.
c. Responden dapat merasakan hasil dari treatment (perlakuan) yang diberikan.

F.     Adanya sasaran atau Obyek Penelitian Tindakan Kelas
Yang dibicarakan dalam bagian ini adalah sasaran atau obyek yang dijadikan pokok pembicaraan dalam peenelitian tindakan kelas sesuai dengan prinsip kedua bahwa penelitian tindakan kelas harus tertuju atau mengenai hal-hal yang terjadi didalam kelas. Pengertian kelas dalam penelitian tindakan kelas ini tidak hanya terbatas pada kelas yang sedang aktif melangsungkan pembelajaran didalam sebuah ruangan tertutup saja, tetapi dapat juga ketika anak sedang tidak aktif belajar, yaitu ketika sedang melakukan karyawisata di objek wisata, di laboraturrium, di rumah, aatau ditempat lain, ketika siswa sedang mengerjakn tugas yang diberikan oleh guru, dan sebagainya. Dengan lokasi bukan kelas ini, yang diamati harus berupa kegiatan yang sedang dilakukan oleh anak.
Apabila kita berfikir sistematik (memandang sesuatu selalu dalam keseluruhan dan dalam kaitan dengan unsur lain), yaitu mengajak alam berfikir kita kedalam kerangka sebuah unit atau kesatuan yang terdiri beberapa komponen pembentuk sistem, maka sebuah kels dapat kita lihat sebage satu kkesatuan unsure yang bersangkut-paut dan bekerja menuju tujuan tertentu. Komponen-komponen dari sebuah kelas adalah (1) siswa itu sendiri, (2) guru yang sedang mengajar, (3) materi pelajaran, (4) peralatan yang digunakan, (5) hasil pembelajaran, (6) lingkungan pembelajaran, dan (7) pengelolaan/pengaturan yang dilakukan oleh pemimpin sekolah. Unsur - unsur pembelajaran tersebut saling kait-mengait, masing-masing bergerak sesuai dengan fungsi dan perannya.
 Fungsi atau peran tersebut dapat dicermati ketika pembelajaran sedang berlangsung maupun tidak. Dengan demikian objek amatan dalam penelitian tindakan kelas tidak harus selalu kita proses pembelajaran sedangkan berlangsung karena kelas bukan ruangan tetapi sekelompok siswa. Hal-hal yang dapat diamati sehubungan dengan setiap unsur pembelajaran tersebut antara lain adalah sebagaimana yang disajikan dalam bagian berikut. Sesuai dengan prinsip bahwa ada tindakan yang dirancang sebelumya maka objek penelitian tindakan kelas harus merupakan suatu yang aktif dan dapat dikenai aktifitas, bukan objek yang sedang diam dan tanpa gerak.

G.    Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas
Jika semua tindakan persiapan telah selesai,scenario tindakan perbaikan yang telah di rencanakan itu dapat di laksanakan dalam situasi yang aktual. Kegiatan pelaksanaan tindakan perbaikan ini merupakan tindakan pokok dalam siklus PTK, dan sebagaimana telah diisyaratkan di atas,pada saat bersamaan kegiatan pelaksanaan ini juga disertai dengan kegiatan observasi dan interpretasi serta diikuti dengan kegiatan refleksi.
Penggabungan pelaksanaan tindakan dengan kegiatan observasi interpretasi perlu dicermati benar sebab merupakan cirri khas PTK. Observasi dan interpretasi memang lazim dalam konteks supervisi pengajaran, akan tetapi sebagaimana diisyaratkan dalam bagian terdahulu dan kembali ditekankan di atas, PTK bukan supervise pengajaran,meskipun memang mungkin saja dalam PTK juga tergelar dimensi supervisi pengajaran. Sebagaimana telah diisyaratkan, yang penting dicatat adalah bahwa dalam konteks PTK, supervisi pengajaran yang berpeluang terjadi adalah supervisi kejawatan (peer supervision). Dengan kata lain,berbeda dan konteks supervisi pada umumnya dimana terdapat peranan supervisor-supervisor dalam tata hubungan yang bersifat subordinatif, sebaliknya dalam konteks PTK terdapat keterlibatan dua pihak yang setara sehingga mekanisme yang tergelar lebih menyerupai interaksi kesejawatan (peer to peer).
Observasi dan interpretasi dalam konteks juga memang lazim dalam konteks penelitian formal,namun sebagaimana ditekankan dalam bagian terdahulu,konteks dan filosofi PTK berbeda dari konteks dan filosofi penelitian formal. Dengan kata lain, berbeda dari yang terjadi dalam kontekks PTK , observasi dan interpretasi dalam konteks penelitian formal itu dilakukan oleh orang luar bukan oleh pelaku yang terlibat secara langsung dalam pembelajaran.
























1 komentar:

  1. Headernya kok masih menggunakan tamplet... Link nya belum banyak...
    Silakan....diperbaiki
    Trims
    Darman

    BalasHapus